Marie Claire

Anggap saja aku punya “Bunda”. Sesosok wanita bertubuh tinggi besar, yang mengelola sebuah Bakery yang Ruko-nya dipenuhi wangi khas roti baru matang, campuran antara wangi susu, kayu manis, tepung dan entah apa lagi. Dia Bundaku. Orang asing yang beberapa tahun belakangan menjadi karib dari Mama. Mamaku. Dan tiba-tiba singkatnya, aku memanggilnya Bunda. Memang Bunda bukan sosok yang sangat sangat dekat denganku. Bukan wanita yang akan aku cari jika aku dalam kesulitan, bukan orang yang aku tulis namanya dalam Keterangan Orang Tua. Tapi aku selalu memanggilnya Bunda.

Aku pernah membantu Bunda, bekerja sebagai Administrasi dalam sebuah Forum untuk Alumni peserta Leadership Training. Tidak lama memang, karna aku disibukkan dengan kuliahku saat itu. Kami juga pernah ke kota tetangga bersama, menghadiri suatu event dan Bunda memegang kendali mobil selama lebih dari 3 jam perjalanan. Dan ada juga beberapa kagiatan bersama kami yang mungkin aku lupa semua, hehe. Meskipun begitu, aku terbilang jarang berkomunikasi dengan Bunda (sekarang Bunda berdomisili di Tarakan, tapi Bakery di kota ini masih tetap ada). Kalaupun ada kalanya  Bunda kemari, aku tidak selalu sempat menemuinya. Dengan Ayah (suami Bunda) malah lebih jarang lagi. Tapi mereka tetap berhubungan dekat dengan Mama.

Kira-kira sebulan kebelakang, Ayah dan Bunda datang kemari, mengurus sebuah Training disini, dan aku diminta untuk menjadi penerima tamu. Aku yang dengan kebanggaanku saat itu memberi tahu mereka tentang kelulusanku di bulan sebelumnya, dan mereka ikut senang, berharap aku segera mendapat pekerjaan. Terhitung hanya beberapa jam saja pertemuanku dengan mereka, aku bahkan tidak sempat mengobrol dengan Ayah, lalu mereka kembali ke Tarakan setelah sebelumnya mampir ke Jakarta.

Selang (kira-kira) satu bulan, Bunda mengirim pesan singkat pada Mama, katanya ada paket yang harus mama buka yang berkaitan dengan keperluan seragam panitia Training. Tambahan lagi, ada kiriman untukku juga. Hah? Untukku? Tidak pernah sedikitpun mampir dibenakku mendapat kiriman yang entah apa isinya dari Bunda. Yah, in some cases Bunda memang beberapa kali memberiku (dan Mama) barang, tapi tidak yang di khususkan dikirim jauh2 dari Tarakan! Biasanya hanya sebatas oleh-oleh kok. Akhirnya pagi kemarin aku ke Bakery Bunda, bersama Mama tentu saja. Lalu ketika aku tau ada dus besar disana, aku yakin itu paket yang dimaksud Bunda. Mama sih memang didaulat untuk membukanya beserta surat yang juga harus dibaca.

Kaget, didalam dus sebesar itu, ternyata kiriman buat Mama hanya ada didalam Plastik kecil. Dan plastik lainnya hanya berisi sebelas bros yang akan Bunda jual. Dan yang paling banyak mengamcil space didalam sana adalah sebuah paper bag hitam dengan motif putih tipis meliuk-liuk dan sebuah tulisan “Marie Claire”. Wow, ini baru sureprise! Aku melongo. Mama apalagi. Nggak salah, nih? Ditempelkan sebuah amplop diluar pojok paper bag tebal itu, isinya hanya berbunyi,

Buat L
Congratulation
Dari Ayah-Bunda

Hanya itu. Tidak ada keterangan lain apapun. Hanya congratulation. Aku tebak saja sendiri, mungkin ini kado untuk kelulusanku. Tapi...kado? Untukku? Untuk kelulusanku? Dan dari orang yang tidak bisa dibilang sangat dekat denganku. Saat itu juga, aku memikirkan beberapa hal;

  1. Hey, ini tas Marie Claire, bukan KW, asli! Yang aku tau outlet resminya hanya ada di Jakarta, Surabaya, Medan dan Makasar. Selama aku masih nggak duit banyak buat foya-foya, aku nggak akan beli ini tas. Warnanya putih gading. Besar. Dan ternyata ada 2 pieces. Kalo bukan Bunda, aku rasa orang lain nggak akan memberi kado semacam ini. Not even my mother, hehe. Dan untuk orang yang tidak terbilang dekat denganku, ini benar-benar kejutan. But, one thing i shoul realize, she remembers me. Bunda mengingatku, menyempatkan diri membelikanku kado. Ingat bahwa aku baru lulus. ingat bahwa aku tipe yang feminim dan suka barang-barang sejenis ini. Apapun itu, dia mengingatku. Meskipun aku bisa dibilang bukan siapa-siapanya, hanya anak dari seorang sahabatnya. Tapi Bunda tetap mengingatku, mengirimkan tas ini dari jauh. Betapa aku sangat sangat sangat menghargai itu. Tas ini memang branded dan mahal pastinya. Tapi pointnya, Bunda menyayangiku, kalaupun bukan Marie Claire, aku tetap akan merasa senaaaaang sekali mendapat kiriman kado kelulusan. Rasanya aku ingin menangis saking terharunya. Benar-benar ingin menangis.
  2. Taukah alasan mengapa Bunda mengingatku? Karna Mama. Mama selalu membantu Bunda ini-itu. Mengurus beberapa keperluan yang tidak bisa dilakukan Bunda dari Jakarta, Tarakan atau Jogja sana. Dan yang diingat Bunda sebenarnya adalah Mama. Baru kemudian aku. jadi pelajarannya adalah, apapun yang kita lakukan, apapun itu, pasti menuai Karma. Entah itu Karma baik atau Karma buruk. Dan kali ini, aku mendapat Karma baik dari Mama. Mama yang berlaku baik, akan mendapat balasan baik pula, tidak harus pada diri Mama sendiri, tapi bisa pada keluarganya, anak-anaknya, pekerjaannya, perjalanannya, atau apa saja. Dan aku sangat bangga dengan Mama. Bunda bukan satu-satunya orang yang berlaku baik pada Mama, tapi banyak orang lain lagi yang selalu membalas kebaikan Mama, atau sekedar mempermudah urusan mama, Dokter-dokter kenalan Mama, Pegawai-pegawai Bank, Pedangang-pedagang, Catering dan beberapa yang lain. Ini yang aku pelajari dari Mama, siapapun itu, aku selalu berusaha berlaku baik. Dalam beberapa hal, orang-orang bilang aku mirip Mama, senyum, supel, ramah, rame, dan nggak kenal capek.Meskipun aku kadang bisa jadi jauh lebih judes dan terkesan jahat. Tapi karma baik Mama yang ingin aku tiru.

Anyway, tas Marie Claire ini mengajariku sesuatu. Tentang kebaikan. Tentang sesuatu yang akan terus kupelajari untuk kulakukan. Aku sudah menelfon Bunda untuk mengucapkan terimakasih, Bunda bilang, “Semoga kamu suka...”  tapi bagiku, aku tidak sekedar “suka” pada Marie Claire ini, tapi lebih dari itu aku sangat berterimakasih karna telah mengingatku, dan telah memberikan Mama sebuah Karma baik. I love you, Bunda Amari.

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

0 Response to "Marie Claire"

Post a Comment