Padamu, Kutitipkan...

3 comments
Kamu adalah salah satu sudut pikirku...
Yang diterjemahkan lewat puisi-puisi di atas kertas putih. Lewat kata-kata mengawan yang kemudian kutangkap perlahan. Kusulam satu-satu menjadi sebaris namamu-namaku.

Kamu adalah pendongeng sebelum tidur malamku...
Dimana selalu ada rindu untuk dipulangkan ke sana. Dengan segera. Dengan tergesa. Dengan candu pelukanmu sebagai umpan, sedang aku perindu yang mengejar-ngejar. Hingga dapat. Hingga habis kulahap.

Kamu, sepenggal napas tersengal...
Yang tanpamu adalah senja tanpa jingga. Yang tanpamu, tak ada sajak bisa dimulai. Menguap, memuai sampai habis kata di udara.

Kamu separuh jiwa yang kutitipkan di lain kota...
Meski tak nampak, meski jauh mengaduh, masih akan kutunggu dengan sendu. Hingga waktu menjebak kita pada kerentaan.

Seperti potongan nada yang menjelma kidung asmara. Seperti itulah kamu, bagian masa depan yang tak mungkin tanpa aku.


Banyuwangi, 14 September 2012

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Sederhana Saja

2 comments
Jika kau bertanya tentang dimana puisi-puisiku berada

Sederhana

Di kamu.


dari milik @celotehandri

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Masih Milikmu

3 comments
Ini gara-gara pohon mangga sialan di samping rumahku. Bukannya aku tak menyukainya. Aku selalu menanti buah berkulit hijau kekuningan itu bergelantungan di setiap rantingnya. Aku tahu mereka butuh waktu yang cukup lama untuk akhirnya bisa sampai di meja makanku, di mangkuk rujak serut kesukaanku, di toples asinanku, atau di kantong-kantong plastik yang ku bagikan pada kerabat-kerabatku. Lima bulan. Bukan. Enam bulan. Bisa jadi lebih dari itu. Pokoknya lama.

Hari masih pagi saat aku tak sengaja melihat beberapa buah menggantung di salah satu ranting di pohon mangga itu. Entah sudah berapa lama dia berayun manja di sana. Kurasa sudah lebih dari dua minggu, terlihat dari ukurannya yang cukup besar dan ranting yang terlalu melengkung karena terlalu berat menahan beban. Biasanya aku senang bukan main melihat buah-buah ini siap dipetik. Bahwa akan ada lebih dari satu keranjang besar berisikan puluhan buah mangga. Hanya saja kali ini sepertinya berbeda. Buah-buah itu seketika mengingatkanku akan puisimu beberapa waktu kemarin. Puisi tentang pohon mangga di samping rumahku. Tentang halaman rumah tempat pohon manggaku tumbuh yang belum sempat kau tengok, tentang betapa kau ingin tahu sebesar apa pohon ini, bagaimana rasa buahnya, atau seberapa rindang dahan dan rantingnya saat kamu duduk di bawahnya, sambil menulis puisi-puisi dalam buku kecilmu. 

Puisi yang kau kirimkan padaku itu, entah ditulis berapa bulan yang lalu. Tapi seingatku, puisi itu ku baca saat buah mangga di pohon samping rumahku ini sedang ranum-ranumnya. Kemudian aku tersenyum-senyum sendiri sambil membayangkan kita yang akan duduk di bawahnya, bercerita macam-macam. Bisa jadi sambil memilih-milih buah di ranting mana yang akan kita petik. Dan lihatlah... pagi ini buah-buah itu sudah mulai ranum lagi. Kurasa ini sama artinya dengan lebih-dari-dua-musim-kita-tidak-bertemu. Bukankah begitu? 
Sudah lebih dari dua musim. Dan rindu ini masih milikmu. 

Aku lupa kapan terakhir kali kau menjanjikan sebuah kedatangan padaku. Yang aku ingat, kau selalu menjanjikan puisi-puisi dimana hanya kita yang tau maknanya. Puisi tentang pohon mangga yang kau tulis itu hanya salah satunya. Entah ini perlu kau percaya atau tidak, tapi lebih dari apa yang kau tulis dalam puisimu. Dalam hati aku menunggumu. Bahkan dalam benak pun, aku masih menunggumu, meski entah harus melewati berapa musim lagi. Sambil menatap pohon mangga yang kokoh berdiri di hadapanku ini, aku bertanya, "Bila rindu ini masih milikmu, maka harus berapa lama aku menunggumu?"


Banyuwangi, 5 September 2012
Inspired from Menunggumu - Chrisye feat. Ariel


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO