Masih Milikmu

Ini gara-gara pohon mangga sialan di samping rumahku. Bukannya aku tak menyukainya. Aku selalu menanti buah berkulit hijau kekuningan itu bergelantungan di setiap rantingnya. Aku tahu mereka butuh waktu yang cukup lama untuk akhirnya bisa sampai di meja makanku, di mangkuk rujak serut kesukaanku, di toples asinanku, atau di kantong-kantong plastik yang ku bagikan pada kerabat-kerabatku. Lima bulan. Bukan. Enam bulan. Bisa jadi lebih dari itu. Pokoknya lama.

Hari masih pagi saat aku tak sengaja melihat beberapa buah menggantung di salah satu ranting di pohon mangga itu. Entah sudah berapa lama dia berayun manja di sana. Kurasa sudah lebih dari dua minggu, terlihat dari ukurannya yang cukup besar dan ranting yang terlalu melengkung karena terlalu berat menahan beban. Biasanya aku senang bukan main melihat buah-buah ini siap dipetik. Bahwa akan ada lebih dari satu keranjang besar berisikan puluhan buah mangga. Hanya saja kali ini sepertinya berbeda. Buah-buah itu seketika mengingatkanku akan puisimu beberapa waktu kemarin. Puisi tentang pohon mangga di samping rumahku. Tentang halaman rumah tempat pohon manggaku tumbuh yang belum sempat kau tengok, tentang betapa kau ingin tahu sebesar apa pohon ini, bagaimana rasa buahnya, atau seberapa rindang dahan dan rantingnya saat kamu duduk di bawahnya, sambil menulis puisi-puisi dalam buku kecilmu. 

Puisi yang kau kirimkan padaku itu, entah ditulis berapa bulan yang lalu. Tapi seingatku, puisi itu ku baca saat buah mangga di pohon samping rumahku ini sedang ranum-ranumnya. Kemudian aku tersenyum-senyum sendiri sambil membayangkan kita yang akan duduk di bawahnya, bercerita macam-macam. Bisa jadi sambil memilih-milih buah di ranting mana yang akan kita petik. Dan lihatlah... pagi ini buah-buah itu sudah mulai ranum lagi. Kurasa ini sama artinya dengan lebih-dari-dua-musim-kita-tidak-bertemu. Bukankah begitu? 
Sudah lebih dari dua musim. Dan rindu ini masih milikmu. 

Aku lupa kapan terakhir kali kau menjanjikan sebuah kedatangan padaku. Yang aku ingat, kau selalu menjanjikan puisi-puisi dimana hanya kita yang tau maknanya. Puisi tentang pohon mangga yang kau tulis itu hanya salah satunya. Entah ini perlu kau percaya atau tidak, tapi lebih dari apa yang kau tulis dalam puisimu. Dalam hati aku menunggumu. Bahkan dalam benak pun, aku masih menunggumu, meski entah harus melewati berapa musim lagi. Sambil menatap pohon mangga yang kokoh berdiri di hadapanku ini, aku bertanya, "Bila rindu ini masih milikmu, maka harus berapa lama aku menunggumu?"


Banyuwangi, 5 September 2012
Inspired from Menunggumu - Chrisye feat. Ariel


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

3 Response to "Masih Milikmu"

  1. anotherorion Says:

    semoga pada suatu ketika
    ia akan datang tuk memenuhi janjinya

  2. Riesna Kurnia Says:

    janji itu pasti dipenuhi kok. :)

  3. Unknown Says:

    berapa lma ya tak jumpa smpi aq gk thu certa ttg mu naaa :*

Post a Comment