Doa Untuk Hari Bersamanya

3 comments
Saya tidak pernah menyangka, awal pekan bisa terasa semenyenangkan ini.

Saya akan bertemu dia. Lagi. 

Anggap saja saya sedang hiperbola habis-habisan. Tapi, rasanya, sudah berbulan-bulan kami tidak bertemu. Rasanya sudah berbulan-bulan saya tidak melihat senyumnya. Dan, seperti sudah puluhan minggu saya tidak mendengar suaranya yang berisik. Berisik yang membuat saya rindu.

Jantungku berdegub cepat
Kaki bergetar hebat
Akankah aku ulangi merusak harinya

Ini sudah yang kesekian kalinya saya mendengar suara Duta dari earphone saya. Dan, saya belum juga bosan. Saya ingat ketika dia menyanyikan lagu ini di tengah ruangan. Dia duduk dengan kaki bersila di antara teman-temannya yang bermain gitar dan marakas.

Entah mengapa, saya tidak bisa mengalihkan pandangan saya dari wajahnya. Dari senyumnya. Dari kerutan di sudut matanya saat dia tertawa. Dari tangannya yang menepuk-nepuk lututnya. Saya tidak bisa tidak menyukai suaranya. Saya tidak bisa tidak menyukainya.

Dia sempat mendapati saya mencuri pandang ke arahnya. Dan, saya sempat luar biasa gugup setelahnya. Saya rasa saya merusak lagunya. Dia berdeham sebelum melanjutkan bait selanjutnya dari lagu itu.

Mohon, Tuhan
Untuk kali ini saja
Lancarkanlah hariku
Hariku bersamanya


Saya menekan tombol stop pada music player di ponsel saya. Perjalanan Cileungsi - Lenteng Agung masih panjang. Selain menghemat baterai, saya juga ingin benar-benar berdoa. Semoga Tuhan melancarkan hari bertemu dengannya kali ini. 

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Tentang Patah Hati dan Sebuah Permintaan

10 comments
Kepadamu yang membaca ini,

Sesungguhnya, aku tidak tahu apa yang menggerakkan jariku untuk menulis ini untukmu. Hanya saja, aku tiba-tiba mengingat sebuah hal: tentang patah hati. Mungkin karena aku banyak mendengar cerita patah hati belakangan ini.

Seorang teman mengatakan kepadaku, patah hati memberitahunya untuk membenci orang yang sempat menemaninya selama berbulan-bulan—memasak, menonton film-film murahan yang dramatis, dan joging di pagi hari. Beberapa teman lain bilang, patah hati memberikan kelegaan yang menyenangkan. Bahwa ternyata ada orang-orang yang lebih baik menjadi teman, dan saling melempar ejekan kemudian tertawa bersama dibanding menjadi pasangan yang saling bersikap manis tetapi menyembunyikan banyak kegelisahan. Patah hati juga menyisakan kehilangan yang menyakitkan bagi sebagian orang—yang aku percaya, kehilangan adalah cara terbaik untuk menemukan. Dan, yang paling menyedihkan adalah ketika aku mendengar cerita tentang kemarahan, penyesalan, sampai rasa tidak diinginkan. Kurasa patah hati meninggalkan lebih banyak rasa dibanding jatuh cinta.

Ketika aku patah hati, aku merasa semesta seakan mengejekku. Hal-hal yang biasa kulakukan jadi terasa menyakitkan. Seperti saat aku berbelanja sabun cuci di pasar swalayan, aku jadi teringat orang yang membuatku patah hati. Padahal, kalau kau mau tahu, aku memang terbiasa berbelanja sendirian. Tapi, patah hati membuatku seakan menjadi orang paling kesepian di dunia yang menangis di tengah lorong swalayan yang berbau detergen.

Lalu aku mulai memikirkan tentang jatuh cinta.

Saat patah hati, ingatkah kau bahwa rasa sakit yang kau alami sekarang berawal dari jatuh cinta? Aku sedang mengingatnya. Dan, aku ingin mengingatkanmu tentang hal-hal ini: bahwa segala yang ingin kau lupakan sekarang, berawal dari sesuatu yang sangat tidak ingin kau tinggalkan. 

Ingatkah kau pada perasaan berdebar, merasa salah tingkah saat melihatnya bahkan dari jauh, rindu ketika pesan singkatnya tidak muncul di ponselmu, takut bahwa rambutmu berantakan dan bau sehingga membuat dia tidak suka. Perasaan-perasaan yang memunculkan pertanyaan di kepalamu: Apa Ini Cinta? 

Bagaimana dengan kencan pertama kalian? Kau berusaha membuat segalanya sempurna, bukan? Ingatkah kau pada hari ulang tahunnya? Betapa kau sibuk memikirkan kado terbaik apa yang bisa kauberikan untuk salah satu orang terbaik dalam hidupmu? Ingatkah bahwa kau dan pasanganmu pernah menghabiskan malam dengan berdebat tentang siapa yang seharusnya menutup telepon terlebih dulu—dan berakhir dengan telepon yang dibiarkan menyala sedangkan kalian berdua jatuh tertidur? Masihkah kau ingat bahwa ada berlembar-lembar puisi yang sempat kau tulis untuknya dan tentangnya? Masihkah kau ingat semua hal yang selalu ingin kau lewatkan bersamanya? Hal yang mungkin ingin kau lupakan sekarang. Aku mengingat segala hal baik tentang masa laluku. Bahwa aku tidak akan menjadi orang yang sama setelah aku mengizinkan dia masuk ke dalam hidupku adalah sesuatu yang kusadari dan belum ingin kulupakan.

Hei, kurasa kini aku tahu mengapa aku membiarkan jariku mengetik dan menulis untukmu. Bahwa setelah ingatan-ingatan yang kubagi denganmu barusan, aku ingin kau membagi milikmu denganku.

Kau mungkin adalah orang yang sangat mengenalku. Kau mungkin orang yang tahu bahwa aku adalah orang yang tidak bisa berhenti bicara—seorang teman malah mengatakan bahwa tone-ku tinggi, entah apa maksudnya. Kau mungkin seseorang yang akan memesankan segelas es teh tawar dengan banyak potongan es batu untukku ketika makan siang. Kau mungkin adalah pembaca blog yang selalu meninggalkan komentar dan mengatakan bahwa tulisan di sarang kupu-kupu ini manis.

Atau mungkin, kau adalah orang yang tidak mengenalku. Dan, kau mungkin membaca ini karena seorang temanmu membagikan tautan pada status media sosialnya. Entahlah. Tapi, sungguh, siapa pun kau, aku ingin kita bisa berbagi cerita.

Aku mungkin hanya mengingatkan sedikit hal tentang jatuh cinta dan patah hati padamu. Tapi, semakin banyak aku mengetik kata-kata, semakin aku mengerti mengapa aku memilih untuk berbagi denganmu lewat tulisan. Karena aku jatuh cinta kepada tulisan. Aku jatuh cinta kepada kata-kata. Aku jatuh cinta dan aku menulis. Aku sempat merasa senang sekali ketika menyelesaikan sebuah cerita pendek yang kutulis semalaman tanpa tidur. Aku pernah begitu jatuh cinta hingga jari-jariku sakit karena tidak bisa berhenti menulis; tentang jatuh cinta dan rindu, tentang harapan dan kehilangan, tentang teman-teman, tentang masa kecil dan mainan-mainan usang. Aku merasa bahwa menulis adalah sesuatu yang tidak ingin berhenti kulakukan.

Tapi, aku sedang patah hati sekarang—ya, kurasa begitu. Aku merasa sedang tidak bisa menulis—mungkin kau bisa menyebutnya: tidak ingin  menulis. Tapi, jika kau berpikir aku sudah tidak lagi jatuh cinta, maka kau salah. Sungguh, aku masih ingin terus menekan tombol-tombol di papan ketik dan membuat sebuah cerita. Aku hanya tidak dapat mengingat mengapa aku harus tetap jatuh cinta bahkan saat aku sedang patah hati dan enggan menulis. Yang aku ingat hanyalah aku menyukai menulis karena membaca.

Jadi, kepadamu yang membaca ini, siapa pun kau,

Sepertinya aku perlu meminta bantuanmu. Bisakah kau membantu mengingatkanku bahwa menulis bukanlah sesuatu yang seharusnya membuatku patah hati? Kuharap kau adalah orang yang bisa mengingatkanku alasan-alasan—yang mungkin sempat kubagi denganmu, entah kapan—agar aku kembali dan tetap menulis. Kupikir kau, yang sedang membaca ini, bisa mengingatkanku agar jatuh cinta sekali lagi kepada kegiatan menulis. 

Aku percaya, kau sampai di sini karena kau adalah orang yang juga mencintai tulisan. Kau cinta menulis. Maka, bolehkah aku meminta sebuah tulisan kepadamu? Aku suka membaca puisi, cerita pendek, dan surat. Kurasa kau bisa membuatkan satu untukku dan mem-postingnya di blog pribadimu.

Aku mungkin tidak bisa memberi banyak. Tapi, untukmu yang menyempatkan diri untuk membantuku jatuh cinta dan menulis lagi, aku bisa membagi beberapa paket buku tentang jatuh cinta dan patah hati. Kuharap kau bersedia. Oh, ya, apakah satu pekan cukup untukmu? Kupikir tidak butuh waktu lama bagi orang yang membaca ini menuliskan sesuatu yang membuatku kembali bersemangat dan melupakan patah hatiku.

Kepadamu yang kuharap mau berbagi denganku,

Aku sungguh berharap, pekan depan, aku sudah menyelesaikan membaca pesan-pesan yang kau tulis di blog pribadimu. Kau bisa mengirimkan tautan blogmu ke akun Twitter-ku. Kuharap, pekan depan, sampai tanggal 23 Agustus—dan setelah membaca tulisanmu—aku sudah bersiap untuk jatuh cinta dan menulis lagi. Dan, semoga itu karena kau.

Jadi, sampai jumpa pekan depan.


Salam hangat,

Riesna

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO