Premis

6 comments
“Pernah nonton The Vow?”

“Tentang istri yang lupa kalau dia sudah menikah itu? Yang malah ingat kalau dia masih sama tunangannya yang lama?”

“Yap! Kalau 50 First Dates?”

“Ah! Aku suka itu. Soal memory loss juga kan? Drew Barrymore harus nonton video yang sama setiap dia bangun pagi supaya dia ingat apa yang sudah terjadi sepanjang hidupnya. Setiap hari.”

“Iya. Premisnya mirip, eksekusinya beda.”

“Premis itu apa?”

“Gimana, ya, jelasinnya. Jadi, premis itu punya karakter, tujuan, dan halangan. Karakter—yang karena suatu hal dia jadi sangat menginginkan sesuatu, tapi dia mendapatkan halangan saat berusaha mendapatkan tujuannya itu. Di premis yang bagus biasanya sudah kegambar pertaruhannya. Karakter biasanya—”

“Oke, oke. Stop. Teoritis banget, sih, kamu.”

“Lho, kan, tadi kamu tanya.”

“Iya, sih. Tapi, nggak perlu dijelasin segitunya juga."

Oke. Aku juga sebenarnya nggak yakin kamu bakal ingat penjelasan premis itu apa. Kamu, kan, pelupa.”

“Sembarangan! Aku, nggak sepelupa itu, tauk.”

“Yakin?”

“Yakinlah! Untuk beberapa hal, aku punya ingatan yang kuat.”

“Contohnya?"

“Mmm—aku ingat di mana terakhir kali aku naruh handphone. Ingat password email-ku. Ingat nomor telepon yang harus kuhubungi saat keadaan darurat. Eh, aku juga ingat tanggal ulang tahunmu, ya.

Kalau kapan pertama kali kita ngobrol panjang?

Itu—inget, kok. Ya—lupa, sih, pastinya kapan. Tapi aku inget.

Kalau siapa presiden ketiga Indonesia? Inget?

Kamu mulai jail, deh. Ya, pokoknya aku nggak pelupa-pelupa amat.

Oke. Kalau emang kamu punya ingatan yang bagus, aku mau minta tolong sama kamu. Kali ini serius.”

“Nantangin nih? Boleh. Apa?”

“Nanti, kalau tiba-tiba aku mengalami memory loss—entah karena apa, tolong ingatkan kalau aku pernah menjadikan kamu sebagai hal yang paling aku inginkan. Lebih dari apa pun.”




Jeruk Purut, 
28 November 2014

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO