Lie, Fly, Die

Jadi, setelah berbulan-bulan (hampir tahun mungkin), blog ini akhirnya saya reactive. Lebih tepatnya mungkin "akhirnya saya gunakan". Lupa e-mail dan password jadi salah satu alasan tertundanya ke-eksis-an blog ini (disamping malas, hilang feel, kehabisan ide, dan segudang alasan lainnya.

Sebenarnya banyak yang ingin saya tulis, posting, atau apalah itu, sekedar menuangkan isi pikiran saya yang semrawut, tapi jelas masih dalam batasan logis juga melankolis. Saya punya spidol-spidol berwarna, pulpen-pulpen bermotif macam-macam, buku dengan spiral disampingnya, yah...untuk apalagi kalau bukan untuk membuat tulisan-tulisan meliuk-meliuk diatas kertasnya. Setidaknya kalaupun blog ini selalu tertunda kemunculannya, tapi tidak dengan tulisan tangan saya. 

Sebagian besar kawan saya, mungkin akan memenuhi kisahnya dengan drama percintaan ala Korea, seperti yang sekarang sedang happening. But, it's absolutely not for me. Saya lebih tertarik dengan apa yang mata saya lihat, yang telinga saya dengar, yang hati saya rasakan, yah...semacam itu lah. Kisah-kisah nyata disekitar saya selalu menjadi objek yang menakjubkan untuk disajikan dengan segelas kopi hangat di pagi hari, bahkan mungkin hingga malam. Anggap saja kisah tentang suami istri tanpa anak, atau gadis cacat bersuara indah, tugas akhir yang menjadikan seseorang thinking disorder (kalau saja ada thinking disorder), penamaan Tuhan bagi umatnya, atau hal-hal semacam itu menjadi objek saya menulis yang kebanyakan berbentuk cerpen. Apakah tidak ada cinta? Tentu saja ada, dan akan bisa ditemukan kisah penuh romansa disini, tapi mungkin lebih realistis dibanding sinetron yang tayang dari sore hingga malam itu.

Bagiku, kisah-kisah itu adalah sayap kupu-kupu. Aku sang kupu-kupu. Dengan sayapku yang bergaris vertikal horizontal, dengan pola yang menakjubkan, itulah kisah-kisah hidupku. Dengan kisah itu aku terbang, melewati beragam scene hidup. Dengan sayap itu, I'm lying down on the rainbow flowers, flying through the indridible life. Sayap-sayap itu membuatku tetap hidup, sama dengan kisah-kisah yang melingkari jiwaku, membuatku tetap berada pada jalur hidup yang Tuhan gariskan. Bayangkan jika kupu-kupu kelihangan satu sayapnya. Mati. Begitu pula aku. Saat sayap-sayapku, kisah-kisahku tak lagi bisa kumaknai, maka saat itulah jiwaku akan mati. Like butterfly, lie, fly, and die without wings.

Jadi, selamat menikmati kisah kupu-kupu ini.



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

0 Response to "Lie, Fly, Die"

Post a Comment